DAMPAK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP KESEHATAN MENTAL REMAJA (PERAN BKKBN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS REMAJA)

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin memadai, memudahkan pula manusia dalam menerima, mengirim dan mencari informasi. Perkembangan teknologi informasi juga meluncurkan berbagai macam platform media sosial seperti Whatsapp, Tiktok, Instagram, X, Youtube dan lainnya. Masyarakat modern saat ini tidak asing lagi dengan platform-platform media sosial tersebut. Media sosial menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Dilansir dari Databoks frekuensi penggunaan media sosial masyarakat indonesia rata-rata menghabiskan waktu 3 jam 14 menit per hari dan 81% mengaksesnya setiap hari. Aktivitas yang sering dilakukan pun beragam mulai dari berbagi foto/video (81%), komunikasi (79%), berita/informasi (73%), hiburan (68%), belanja online (61%). Tidak dapat dipungkiri bahwa dampak media sosial telah merambat ke sektor kehidupan manusia. Media sosial memiliki kekuatan besar dalam membentuk karakter seseorang bahkan dapat mempengaruhi kesehatan mental.

Dalam buku Diana Vidya Vakhriani yang berjudul “Kesehatan Mental” menjelaskan bahwa kesehatan mental merujuk pada kesehatan seluruh aspek perkembangan seseorang, baik fisik maupun psikis. Kesehatan mental juga meliputi upaya-upaya dalam mengatasi stress, ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri, bagaimana berhubungan dengan orang lain, serta berkaitan dengan pengambilan keputusan.

Kesehatan mental adalah kondisi dimana individu terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala penyakit jiwa (psychose). Setiap orang pasti mengalami masalah kesehatan mental yang berbeda-beda dan penyebab yang berbeda pula. Namun, tidak sedikit orang yang mengalami masalah kesehatan mental disebabkan oleh media sosial. Berikut dampak negatif menggunakan media sosial secara berlebihan bagi kesehatan mental:

  1. Kecemasan dan Depresi

Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan seseorang mengalami kecemasan yang biasanya berujung pada depresi. Kecemasan adalah salah satu kesehatan mental yang paling mendasar. Seringkali, pengguna cenderung membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan orang lain yang ditampilkan di media sosial. Hal ini dapat menyebabkan perasaan rendah diri dan ketidakpuasan dengan diri sendiri, yang pada akhinya dapat meningkatkan resiko mengalami depresi.

  1. Merusak Pola Tidur

Media sosial dirancang untuk menarik perhatian pengguna dengan konten yang terus diperbarui. Ini bisa menyebabkan kecanduan, di mana pengguna merasa sulit untuk mengatur waktunya.   Kebanyakan pengguna media sosial menghabiskan waktu untuk online media sosial di malam hari. Hal ini, dapat menganggu pola tidur, sehingga kualitas tidur menjadi buruk. Aktivitas melihat gambar, berbagi pemikiran atau pengalaman dengan teman atau keluarga, meng-klik link  simbol tertentu sebagai bentuk feedback atau hanya sekedar scrolling halaman di media sosial yang berlangsung hingga larut malam dapat mengganggu waktu tidur yang cukup dan hal ini dapat pula meningkatkan masalah kesehatan mental.

  1. Isolasi Sosial

Salah satu fungsi dirancangnya media sosial yaitu untuk menghubungkan kita dengan orang-orang, namun pengguna yang menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial seringkali merasa terisolasi. Interaksi yang dilakukan secara virtual tidak dapat menggantikan hubungan tatap muka yang mendalam. Akibatnya, pengguna mungkin merasa kesepian atau jarang berinteraksi dengan orang-orang secara langsung meskipun memiliki banyak “teman” di media sosial atau di dunia maya.

  1. Stres dan Tekanan Sosial

Media sosial sering kali menciptakan tekanan untuk tampil sempurna. Pengguna media sosial juga seringkali hanya menampilkan momen-momen terbaik mereka.  Pengguna merasa harus menjaga citra diri yang ideal di media sosial, yang dapat menyebabkan stres. Hal ini juga bisa diperburuk ketika pengguna lain berkomentar negatif atau bullying online, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental secara signifikan. Selain itu pengguna terkadang membandingkan hidupnya dengan orang lain ketika menggunakan media sosial yang berdampak pada kesehatan mental seseorang.

 

  1. Pengaruh Terhadap Kesehatan Emosional

Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mengurangi kemampuan individu untuk mengelola emosi mereka. Interaksi yang kurang dalam kehidupan nyata dapat membuat individu kurang terampil dalam menghadapi konflik atau situasi emosional yang kompleks ditengah masyarakat, sehingga menambah beban emosional.

Semakin lama waktu yang dihabiskan untuk menggunakan media sosial semakin besar pula potensi seseorang mengalami masalah kesehatan mental. Meskipun media sosial memiliki banyak dampak positif bagi penggunanya, tentunya banyak pula dampak negatif dari penggunaan media sosial termasuk depresi, pelecehan online, cyber-bulling, sexting, kelelahan, stres, penekanan emosional dan penurunan kemampuan intelektual remaja.

Sudah banyak penelitian yang mengunggapkan bahwa penggunaan media sosial dapat menimbulkan masalah kesehatan mental bagi remaja, seperti penelitian yang dilakukan oleh Strickland (2014) remaja merupakan pengguna media sosial yang paling aktif dan sebagian besar berisiko mengalami masalah kesehatan mental dengan tingkat keprihatinan yang tinggi. Demikian pula Kaur dan Bhat (2016) melakukan investigasi ekstensif tentang stres pada kesehatan mental siswa dan menunjukkan bahwa stres dapat menimbulkan dampak negatif pada kesehatan mental siswa. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan dapat mempengaruhi kesehatan mental terutama di kalangan remaja.

BKKBN sebagai salah satu instansi pemerintah yang diamanati UU 52 tahun 2009 yang salah satu programnya adalah terkait ketahanan remaja memiliki andil yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas generasi muda. Salah satu peran BKKBN untuk membatu remaja dalam menghadapi segala permasalahannya adalah dengan adanya program PIK R (Pusat Informasi Konseling Remaja).

PIK R ini dibentuk oleh dan untuk remaja yang dibentuk di lingkungan berbasis sekolah mapun masyarakat. Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) merupakan bentuk layanan yang ramah remaja yang dikelola dari, oleh, dan untuk remaja guna memberikan akses informasi, pendidikan, dan konseling kesehatan reproduksi dan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. Fungsi utama PIK-Remaja adalah: (1) Berbagi informasi; (2) Melakukan konseling; (3) Melakukan rujukan; (4) Mengembangkan potensi diri; dan (5) Melakukan aktivitas positif dan kreatif.

Dalam sebuah PIK R ini terdapat konselor sebaya dan pendidik sebaya yang sudah dilatih dan memiliki kualifikasi khusus untuk menjadi konselor/ pendidik. Remaja dapat menuangkan segala permasalahannya kepada konselor sebaya tersebut dengan jaminan kerahasiaan data dan problematikannya akan tetapi juga mendapatkan solusi dari konselor yang sudah memiliki telah kemampuan dan informasi yang benar.

Dengan demikian, hadirnya program-program BKKBN yang mengatasi permasalahan pada remaja sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas generasi muda. Selain itu, orang tua juga berperan penting dalam mengontrol dan mengingatkan ketika kegiatan remaja kebanyakan digunakan untuk bermain media sosial.

Selain program PIK R, BKKBN juga telah meluncurkan buku dengan tema “1001 Cinta dan Drama: Dinamika Relasi Orang Tua dan Remaja” sebagai buku pegangan orang tua dan remaja yang dipersiapkan pemerintah dalam upaya meningkatkan kapasitas orang tua dalam pengasuhan remaja sekaligus kapasitas remaja dalam memahami dirinya dan orang tuanya, sehingga fase remaja bisa berlangsung dengan harmonis.

Penulis : Dimas

 

Post Terkait